Assalamu alaikum Wr.Wb
“INOVASI MANAJEMEN MASJID, JANGAN DITUNDA”
Bank Muamalat bekerjasama Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulawesi Selatan mendatangkan Ketua Umum Masjid Jogokariyan, Yogyakarta yaitu Bapak Ustadz H.M.Jazir AR. Masjid yang dikenal menjadi percontohan manajemen Masjid di Indonesia yang sangat peduli dengan jamaah dan masyarakat sekitar Masjid. Mereka mengelola Masjid dengan prinsip “ saldo harus 0”. Artinya jika uang terlalu lama mengendap di pengurus, niat jamaah menyumbang belum sampai, karena belum digunakan dan belum mendapat manfaat dari jamaah. Tanggal 21 Desember 2017 kemarin, ustadz Jazir berbagi pengalaman dengan kurang lebih 150 pengurus Masjid yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan di Hotel Four Point.
Pengurus Masjid harus inovatif itu kuncinya, Ujar beliau. Bagaimana upaya memakmurkan Masjid dan dimakmurkan oleh Masjid, harus dimulai dari How to image. Image kita terhadap Masjid dimulai dengan mengembalikan fungsi Masjid pada zaman Rasulullah. Dimana Masjid tidak hanya sebagai tempat melaksanakan ibadah mahdah, tetapi jauh lebih luas dari itu yakni Masjid sebagai pusat ghair mahdah (ibadah sosial). Masjid pada zaman Rasulullah digunakan sebagai pusat pendidikan, pemerintahan, menyusun strategi perang (politik), ekonomi. Keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh Nabi sebagai upaya untuk menjadikan Masjid pusat membangun peradaban yang benar. Ada tempat yang buruk dalam membangun peradaban, adalah pasar, karena disitu tempat berpeluang orang bisa saling menipu, penghargaan seseorang karena kapitalnya. Sementara di Masjid penghargaan orang kepada tingginya ilmunya.
Pengurus harus berpikir keras bagaimana mengajak sebanyak-banyaknya jamaah datang di Masjid. Sejak tahun 1999 di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta upaya itu mulai dirintis. Dengan cara memberi makan kepada anak yatim, orang-orang miskin yang di sekitar Masjid. Bentuk sedekah di Masjid tidak hanya uang tetapi pengurus mulai membuka kotak sedekah beras, awalnya terkumpul 1,7 ton/bulan. Dan semua disalurkan kepada orang-orang miskin dan anak yatim di dekat Masjid. Memberikan asuransi atau jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin. Setiap subuh dibuka kotak amal khusus untuk orang miskin, dengan harapan subuh sebelum dimulai aktifitas kita bersedekah. Memulai perjalanan kita bersedekah sehingga kita mendapatkan keselamatan.
Untuk mengetahui jumlah orang miskin di sekitar Masjid, dimulai dengan cara melakukan pemetaan, bahkan memetakan siapa orang muslim dan orang non muslim. Pengurus memiliki data orang muslim yang rajin ke Masjid dan yang tidak rajin ke Masjid, jika ada orang muslim yang tidak rajin ke Masjid, maka selain diberi sembako, mereka juga diberi pakaian shalat. Jika mereka tidak tahu cara shalat, maka mereka diajar tata cara melakukan shalat. Sementara orang non muslim, mereka juga tetap mendapat sembako secara rutin sebagaimana orang muslim yang miskin. Yang berbeda mereka tidak diajari shalat tetapi bagaimana bisa hidup bersama dan saling menghargai dalam satu kampung. Sehingga sampai saat ini jamaah yang shalat membludak, setiap pagi setelah selesai shalat subuh pengurus Masjid menyediakan menu sarapan pagi bagi jamaah. Sehingga Alhamdulillah Masjid selalu ramai. Bagaimana mereka yang miskin mau shalat, katanya makan saja susah. Jika ada jamaah pengangguran, atau belum mendapat pekerjaaan sementara sudah tamat sekolah, maka mereka dilatih kewirausahaan. Sudah banyak jamaah yang sekarang memiliki pekerjaan yang bagus dimulai dari Masjid. Jika ada jamaah pintar service AC tetapi kurang pelanggan, maka pengurus Masjid membuat pengumuman, jika ada warga yang membutuhkan service AC silahkan hubungi pengurus Masjid dari situ para warga yang memiliki keterampilan diberi pekerjaan. Sehingga Masjid dinilai hadir untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh jamaah dan masyarakat sekitarnya.
Bagimana memanage Masjid dengan prinsip saldo nol, jangan pernah takut saldo Masjid Nol. Karena Allah akan menggantikan lebih banyak lagi. Pada bulan Ramadhan saat upaya ini mulai dirintis, saldo Masjid nol, minggu depannya saldo Masjid menjadi 1,6 Milyar, Subhanallah. Tetapi persoalannya kemudian sulit juga menghabiskan uang sebanyak itu. Sehingga kami pengurus Masjid menyalurkan ke Masjid lain untuk digunakan buka puasa karena niat para jamaah berseedekah untuk menyiapkan buka puasa, kata Bapak H.M.Jazir. Sehingga selama bulan ramadhan kurang lebih 2.500 piring makanan yang habis untuk kegiatan buka puasa. Tidak ada sumbangan jamaah yang tersisa.
Jika ada jamaah kehilangan barang di Masjid, maka pengurus Masjid menggantikan sama dengan barangnya yang hilang, dan diumumkan, sehingga berikutnya tidak ada lagi yang kehilangan barang. Begitupula Masjid tidak dikunci sebagaimana beberapa Masjid selama ini. Masjid ini dibuka 24 jam untuk digunakan melakukan aktifitas ibadah dan kajian. Bahkan ada yang melakukan tirakat dengan cara dzikir dan menyendiri di Masjid termasuk shalat tahajjud.
Selain itu Masjid juga tidak bergantung pada kotak amal Masjid tetapi bagaimana menciptakan usaha ekonomi Masjid yang menopang aktifitas Masjid, sehingga dari penghasilan tersebut Imam digaji 5,6 jt sementara marbot digaji 2,5 juta lebih tinggi dari UMR. Karena kita harus mendudukan mereka dari posisi yang mulia, tidak hanya mereka diberi gaji tetapi mereka dimuliakan. Mereka diharapkan fokus mengurus Masjid. Kecuali pengurus Masjid, yang memberi gaji adalah pemilik Masjid, yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.
Mulai saat ini, jangan menunda, saatnya Masjid bersatu untuk memperkuat posisi ummat Islam yang selama ini kita dikuasai oleh kapitalisme global yang jumlahnya hanya sedikit. Semoga Allah SWT, meridhoi langkah kita, demikian kata penutup Ustad H. Jazir.
Sementara Prof. Dr.Ahmad Sewang pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulsel sebelum menutup acara, mengingatkan bahwa Syekh Yusuf yang kuburannya sekarang ada di Capetown Afrika Selatan, setiap bulan Desember ribuan orang berkumpul di dekat kuburannya baik orang muslim maupun non muslim, mereka memperingati bagaimana perjuangan Syekh Yusuf membangun peradaban di Afrika Selatan. Mereka dicintai oleh masyarakat Afrika Selatan sampai saat ini, karena menjadikan Masjid sebagai pusat membangun hubungan sosial, meletakkan dasar-dasar pendidikan dengan masyarakat Afrika Selatan. Sehingga di dunia ini mungkin hanya beliau yang menjadi pahlawan nasional di dua Negara yakni di Indonesia dan Afrika Selatan. Untuk itu jangan pernah lelah mengurus dan memakmurkan Masjid, Insya Allah, Allah akan memudahkan urusan-urusan kita dan jiwa kita menjadi lebih tenang. Wassalam. (JL/NA)